Kalau berbuat kebaikan, mengapa mesti canggung ? Diantaranya, mengucapkan selamat Natal & Tahun Baru bagi yang merayakan



Seorang mantan murid saya di SMA menulis ( kepada saya ) “ bolehkah kita mengucapkan selamat natal kepada yang merayakan ? Ada yang membolehkan, banyak yang mengharamkan ” . Bagaimana menurut pendapat pak Budi ? “

Dalam berbagai kisah, Nabi mencontohkan perilaku yang baik dalam berhubungan dengan orang yang berbeda keyakinan. Dia juga menyampaikan ucapan selamat kepada yang menerima nasib atau kejadian baik. Jadi mengapa tidak ? Apalagi kalau yang bersangkutan adalah tetangga atau teman baik kita.

           
Lebih dulu kita koreksi “ bagaimana menurut pendapat Pak Budi ”. Sudah menjadi jalan hidup kita yang mengaku beriman. Selalu memulai sesuatu dengan bacaan “ basmallah “, ada yang mengartikan “ dengan nama Allah “ ada yang meyakini sebagai “ atas nama Allah “. Apapun itu, semuanya beriktikat untuk melakukan  segala sesuatu, KARENA ALLAH mencari ridha-Nya. Amien. Dan saya lebih suka dengan “ atas nama Allah “.Jadi bukan pendapat pak Budi,  tapi mencari dasar yang hak ( petunjuk dari Al Qur’an ). 

Marilah mencari petunjuk itu,

Al Baqarah (2)  : 269 …. Allah mengaruniakan al hikmah ( kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah ) kepada yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dikaruniai al hikmah itu, ia benar-benar telah dianu-gerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran ( dari Firman Allah ).

Masih ingat ? dalam Al Baqarah (2)  : 213 ….. manusia itu umat yang satu … para nabi diutus kepada mereka dengan kitab-kitabnya ………. Allah memberi petunjuk. …….
Katakan, mulai Nuh -> Ibrahim -> Musa -> Isa -> Muhammad, semua umatnya satu, pelajarannya satu.

Al Baqarah (2)  : 83 …..   Dan ( ingatlah ) ketika Kami mengambil janji dari bani Israel ( yaitu ) : Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak yatim, dan orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia , dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat, kemudian kamu tidak memenuhi janji itu kecuali sebahagian kecil dari kamu , dan kamu selalu berpaling.

Jadi , mengucapkan selamat natal/ mauled tidak apa-apa, bukankah yang lahir, salah satu nabi kita juga ?

Ibrahim itu bapak bangsa, Al Baqarah (2)  : 124 ………  “ sesungguhnya Aku akan menjadikanmu Imam bagi seluruh manusia “ …. Ibrahim berkata : “ ( Dan saya mohon juga ) dari keturunanku “ Allah berfirman : “ janji-KU (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim ”.  ….berarti, nabi Muhammad juga mengikuti ( membenarkan ) petunjuknya, kalau kita pengikut nabi Muhammad, kita juga mengikuti nabi Ibrahim kan ? demikian juga, Isa ada sebelum Muhammad, jadi, kalau orang merayakan kelahirannya ( nabi Isa ) apa salahnya mengucapkan selamat untuk itu ?
Itu tidak beda dengan kalau saudara-saudara kita mengadakan haul. Atau misalnya meyebut Syiekh Abdul Kadir dalam bacaan tahlilan. Marilah kita fahami ini…
Al An’am : 85 …… dan Zakarya, Yahya, ‘Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang yang saleh.
           
Jadi, mengucapkan salam itu, dasarnya berbuat baik kepada orang lain. Disini tidak dibatasi.
Al Qashash : 77 ………… dan berbuat baiklah ( kepada orang lain) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu,  dan janganlah kamu berbuat kerusakan di ( muka ) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berbuat kerusakan.
Al Anbiya : 107 ………… dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk ( menjadi ) rakhmat bagi semesta alam ( rakhmatan lil alamien ).

Semoga kita dapat mengikuti jejak nabi Muhammad s.a.w. tindakannya yang selalu mencerminkan kasih saying, sehingga kita semua menjadi bagian  apa yang disebut rakhmatan lil alamien.
Al Maidah : 48 ……… dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya. Yaitu kitab-kitab ( yang diturunkan sebelumnya ) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat ( saja ), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar