Lagi Tentang Ibadah Shalat/Sembahyang
Kita melaksanakan shalat 5 kali, dari manakah pedoman itu asalnya? Dalam waktu/ bulan terjadinya Isra’ Mi’raj ini, mari belajar lebih memahami, bagian ibadah yang menjad bagian atau berkaitan dengan peristiwa itu.
Menurut kisah yang kita terima selama ini, dalam ”perjalanan malam” itu, Nabi saw dianugerahi peristiwa yang besar. Yaitu diperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah swt. Kemudian nabi diperintahkan/menerima perintah dari Allh swt agar umatnya melaksanakan shalat/sembahyang.
Menurut hikayat itu, sembahyang yang wajib dilaksanakan adalah 100 x dalam sehari-semalam. (atau 150 x) ketika nabi hendak turun, membawa perintah itu, berkali-kali bertemu dengan antara lain nabi Ibrahim, Musa, Isa, yang memberikan nasihat/ pertimbangan, bahwa hal itu tidak mungkin dilaksanakan. Karena umat nabi Muhammad bertubuh kecil, dan lemah. Tidak seperti umat-umat sebelumnya.
Disarankan, agar nabi mohon keringanan kepada Allah swt. Setelah beberapa/ berkali-kali nabi kembali menghadap Allah swt, didapatlah “hasil akhir”, bahwa Allah memberikan keringanan/ kemudahan bagi umat nabi tercinta ini menjadi 5 x sembahyang dalam sehari semalam.
Lepas dari segala soal, wajib kita bersyukur kepada Allah swt, kita dikaruniai keringanan dalam beribadah ini, kalau tidak, bisa dibayangkan bagaimana kita menjalani hidup ini, menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan bekal keselamatan untuk diakhirat nanti.
Dan tidak lupa kita panjatkan permohonan agar Allah swt membalas ketaqwaan para alim ulama, nabi-nabi Allah yang dicintai Allah, ( dengan kebahagiaan kekal di surga), sehingga Allah mengampuni dosa kita semua, dan memudahkan-meringankan jalan beribadat kita seperti sekarang ini. Amien.
Semoga dalam menelaah hal ini, kita beroleh ilmu dari karunia Allah swt, semakin meningkatkan iman kita.
Al Qomar (54): 49 …….. Sesungguhnya Kami menciptakan sesuatu menurut ukuran.
Bila menilik ayat ini, Allah memberi perintah, sudah diukur dulu. Bukankah Dia Maha Mengetahui ? jadi tanpa ditawar lagi, Allah swt sudah pasti memberi perintah sembahyang sesuai dengan keadaan hamba-Nya (kita).
Ar Rum (30): 30 …….. Tidak ada perubahan pada fitrah (ketentuan/ ketetapan) Allah. (Itulah) agama yang lurus. Tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
An Nahl (16): 101 …….. Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya pada-hal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, …. Dst.
Maka tidak mungkinlah terjadi ”tawar-menawar” terhadap firman Allah. Bukankah Allah swt benci kepada orang yang tidak menggunakan akalnya ? Lepas dari segala hujah, kita mengimani bahwa Allah swt memerintahkan agar kita mengerjakan sembahyang (wajib) 5 x. tanpa reserve atau tawar-menawar. Itu sudah ketentuan (ketetapan) dari Allah swt.
Al Maidah (5) : 58 …… Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.
Junus (10) : 100 …… Dan tidak ada seorangpun beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Bagaimana dengan waktu-waktu sembahyang itu ?
Al Isra’ (17) : 78 …… Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Al Baqarah (2) : 238 …… Peliharalah segala shalat (mu) , dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.
An Nisa (4) : 103 …… Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu) , ingatlah Allah di waktu berdiri di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Hud (11) : 114 ….. Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Maka wajar dan wajiblah kita berterima kasih kepada pendahulu-pendahulu kita yang berhasil menemukan dan mengajarkan kepada kita, shalat dengan tertib, (cara dan waktu-waktunya). Semoga Allah swt memberi balasan yang berlimpah atas amal bakti mereka untuk umat, kepada Allah swt. Amien.
(Mei 2014, untuk putraku Patrick Utomo, dan sahabatku Didiet Herdianto).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar